PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN TRANSLASI
MATA UANG ASING
1. Pelaporan dan Pengungkapan
Konseptualisasi
proses laporan keuangan menurut Bedford terdiri dari 4 langkah prosedural:
- Persepsi aktivitas penting dari
entitas akuntansi
Transaksi-transaksi
keuangan mewakili entitas penting dalam proses pelaporan
- Simbolisasi Aktivitas
Dibuat
database (akun-akun) Dengan tujuan mempermudah identifikasi yang kemudian
membentuk suatu kumpulan data dan informasi akhir mengenai asset dan kewajiban
perusahaan yang akan dianalisa.
- Analisis terhadap model aktivitas
Mengungkapkan
apa yang tersaji dalam pelaporan sehingga dapat menyediakan pemahaman mengenai sifat dari aktifitas-aktifitas
entitas.
- Komunikasi (transmisi) analisis
kepada Pengguna
Dengan tujuan
menuntun pembuat keputusan dalam mengarahkan aktivitas-aktivitas entitas di
masa yang akan datang.
TRANSLASI MATA UANG ASING
Pengertian Translasi
Translation
adalah proses pernyataan kembali informasi laporan keuangan dari satu mata uang
ke mata uang lain.
Alasan-Alasan Untuk Melakukan Translasi
Perusahaan dengan
operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang
memeungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik
atas operasi perusahaan, baik domestik dan luar negeri. Untuk mencapai hal ini,
laporan keuangan perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang
asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses
penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya
disebut translasi.
Masalah yang berkaitan
dengan translasi mata uang,yaitu:
a. Fakta bahwa nilai relative mata uang asing jarang sekali ditetapkan.
b. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode
translasi yang dapat digunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan
kerugian transalasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan
perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu
periode lain sulit dilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi
perusahaan multinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi
dan posisi keuangan.
c. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaan
terhadap pengaruh mata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan
dari luar negeri.
d. Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing
dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar
mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah.
Akhirnya, skala investasi internasional yang meluas
meningkatkan kebutuhan untuk menyampaikan informasi akuntansi mengenai suatu
perusahaan yang berdomisili di suatu negara kepada pengguna di negara yang
lain. Kebutuhan ini timbul pada saat suatu perusahaan bermaksud untuk
mencatatkan sahamnya di suatu bursa efek luar negeri bermaksud untuk melakukan
akuisisi atau usaha patungan dengan pihak asing, atau ingin mengkomunikasikan
hasil operasi dan posisi keuangan kepada para pemegang saham asingnya.
Latar Belakang dan Terminologi
Translasi tidak sama
dengan konversi, yang adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain
secara fisik. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneterr, seperti halnya
sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam
nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak
ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi. Saldo-saldo
dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestik
berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang
yang dinyatakan dalam mata uang lainnya.
Transaksi mata uang
asing terjadi pada pasar spot, forward atau swap. Mata uang yang dibeli atau
dijual pada spot umumnya harus dikirimkan secepatnya yaitu dalam waktu 2 hari
kerja. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing dilakukan sederhana saja,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai ekuivalen mata uang domestik
diperoleh dengan mengalikan saldo dalam mata uang asing dengan kuotasi kurs
langsung dengan membagi saldo mata uang asing dengan kuotasi tidak langsung.
Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu
mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di
masa depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium
dari kurs spot. Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward
atau penjualan spot dan pembelian forward atas suatu mata uang secara
bersamaan. Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil
keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara asing
sembari dalam kesempatan yang sama melindungi diri dari pergerakan yang tidak
menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.
Permasalahan
Jika kurs nilai tukar
relatif stabil, translasi mata uang tidak akan lebih sukar dari proses
translasi satuan inci atau kaki menjadi nilai ekuivalennya dalam unit metrik.
Namun demikian, kurs nilai tukar jarang sekali stabil. Mata uang Negara-negara
industry maju menemukan nilainya secara bebas dalam pasar mata uang. Nilai
tukar yang berfluktuasi secara khusus terjadi di Eropa Timur, Amerika Latin,
dan beberapa bagian Asia. Fluktuasi mata uang meningkatkan jumlah nilai tukar
translasi yang dapat digunakan dalam proses translasi dan menimbulkan
keuntungan dan kerugian mata uang asing. Pergerakan mata uang juga sangat
berhubungan erat dengan tingkat inflasi lokal.
Pengaruh Alternatif Kurs Translasi
Terhadap Laporan Keuangan
Ketiga nilai tukar
berikut dapat digunakan ketika melakukan translasi saldo dalam mata uang asing
menjadi mata uang domestik, yaitu :
a. Kurs kini (current), adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan
keuangan.
b. Kurs historis (historical), adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva
dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban dalam
mata uang asing pertama kali terjadi. Umumnya mempertahankan biaya awal
ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing dalam laporan berdenominasi
mata uang domestik. Penggunaan kurs nilai tukar historis melindungi laporan
keuangan dari keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing, yaitu dari
kenaikan atau penurunan dalam ekuivalen dolar saldo mata uang asing yang timbul
dari fluktuasi kurs translasiantar periode pelaporan. Penggunaan kurs kini
menimbulkan terjadinya keuntungan atau kerugian translasi.
c. Kurs rata-rata (avarage), adalah rata-rata sederhana atau tertimbang dari
kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar historis.
Transaksi mata uang asing terjadi pada saat suatu
perusahaan membeli atau menjual barang, dengan pembayaran yang dibuat dalam
mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan mata uang
asing. Translasi diperlukan untuk mempertahankan catatan akuntansi dalam mata
uang perusahaan pelapor. Dari dua jenis penyesuaian transaksi, yang pertama
keuntungan dan kerugian atas transaksi yang terselesaikan, timbul ketika nilai
tukar yang digunakan untuk mencatat transaksi pada awalnya berbeda dengan nilai
tukar yang digunakan pada saat penyelasian. Jenis kedua penyesuaian transaksi
adalah keuntungan dan kerugian dari transaksi yang belum terselesaikan timbul
ketika laporan keuangan disusun sebelum suatu transaksi diselesaikan.
Kurs nilai tukar yang
berfluktuasi menyebabkan timbulnya beberapa isu utama dalam akuntansi untuk
translasi mata uang asing:
1) Kurs nilai tukar manakah yang harusnya digunakan untuk mentranslasikan
saldo dalam mata uang asing ke dalam mata uang domestik?
2) Aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang manakah yang beresiko
terhadap perubahan nilai tukar?
3) Bagaimana sebaiknya keuntungan dan kerugian translasi harus dicatat?
Transaksi Mata Uang Asing
Ciri utama yang
istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesaiannya
dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Transaksi mata uang asing terjadi pada
saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang
dilakukan dalam suatu mata uang asing.
FAS No. 25 merupakan
pernyataan standar akuntansi untuk mata uang asing yang berisi :
a. Pada tanggal suatu transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, pendapatan,
beban, keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu transaksi harus diukur
dan dicatat dalam mata uang fungsional perusahaan yang melakukan pencatatan
dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada tanggal tersebut.
b. Pada setiap tanggal neraca, saldo-saldo tercatat yang berdenominasi dalam
suatu mata uang selain mata uang fungsional perusahaan yang melakukan
pencatatan harus disesuaikan untuk mencerminkan kurs nilai tukar terkini.
Berdasarkan hal ini,
penyesuaian kurs nilai tukar valuta asing (yaitu keuntungan atau kerugian atas
transaksi yang telah terjadi ) perlu dibuat pada saat terjadi perubahan kurs
nilai tukar di antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian. Apabila
laporan keuangan disusun sebelum penyelesaian transaksi, penyesuaian akuntansi
(yaitu keuntungan atau kerugian dari transaksi yang belum diselesaikan) akan
sama dengan perbedaan antara jumlah yang awalnya dicatat dan jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan.
FASB menolak pandangan
yang menyatakan bahwa pembedaan perlu dibuat antara keuntungan dan kerugian
dari transaksi yang sudah diselesaikan dan yang belum diselesaikan, karena
pembedaan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam praktik. Terdapat dua
perlakuan akuntansi atas keuntungan dan kerugian transaksi yang dapat
diterapkan.
Perspektif Transaksi Tunggal
Berdasarkan perspektif
tramnsaksi tunggal, penyesuaian niali tukar (baik yang sudah diselesaikan atau
belum) diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap akun-akun transaksi yang awal
berdasarkan premis bahwa suatu transaksi dan penyelesaiannya merupakan suatu
peristiwa tunggal.
Perspektif Dua Transaksi
Berdasarkan perspektif
dua transaksi, penagihan piutang dalam krona dianggap sebagai peristiwa
terpisah dari penjualan yang menyebabkan timbulnya piutang tersebut.
Translasi Mata Uang Asing
Perusahaan yang
beroperasi secara internasional menggunkan berbagai metode untuk menyatakan
aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban yang dinyatakan dalam mata uang asing
menjadi dalam mata uang domestik. Metode translasi ini dapat diklasifikasikan, yaitu:
a. Metode Kurs Tunggal
Metode kurs tunggal, yang sudah lama popular di Eropa,
menerapkan satu kurs nilai tukar yaitu kurs terkini atau kurs penutupan, untuk
seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang sing
umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada
saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian, untuk memudahkan pos-pos ini
umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar
yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode ini, laporan keuangan
sebuah operasi asing (yang dipandang oleh induk perusahaan sebagai perusahaan
otonomi) memiliki domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang local di
mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya.
b. Metode Moneter – Nonmoneter
Menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan
kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos nonmoneter (aktiva tetap, investasi jangka
panjang dan persediaan) ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis.
Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama
dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-nonkini. Namun demikian, perlu
diperhatikan bahwa, metode moneter-nonmoneter bergantung pada klasifikasi skema
neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan
hasil yang kurang tepat.
c. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal translasi mata uang
merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian uang nilai tertentu. Metode
ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit
pengukuran.
Kurs Kini yang Tepat
Kurs nilai tukar yang
digunakan dalam metode translasi mengacu pada historis dan kurs kini. Kurs
rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban.
Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang
berbeda. Dalam situasi ini, harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada.
Beberapa alternative yang disarankan adalah: (1) kurs pembayaran
deviden, (2) kurs pasar bebas, dan (3) kurs penalti atau preferensi yang dapat
digunakan, seperti yang terkait dengan kegiatan impor atau ekspor.
Keuntungan dan Kerugian Translasi
a. Penangguhan
Dikeluarkannya penyesuaian translasi dari laba periode
sekarang umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses
penyajian ulang. Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva
bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh
terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing. Oleh
karena itu, akan cenderung menyesatkan jika memasukan penyesuaian seperti itu
ke dalam laba sekarang. Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian translasi harus
diakumulasi secara terpisah sebagai bagian ekuitas
konsolidasi.
b. Penangguhan dan Amortisasi
Beberapa pihak mendukung penangguhan keuntungan atau
kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat
pos-pos neraca terkait.
c. Penangguhan Parsial
Pilihan ketiga dalam akuntansi ntuk keuntungan atau
kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah
terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan. Meskipun
terdengar konservatif, penangguhan keuntungan translasi semata-mata hanya
karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
d. Tidak Ditangguhkan
Pilihan terakhir adalah untuk mengakui keuntungan atau
kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin, pilihan ini
memandang penangguhan dalam bentuk apa pun bersifat palsu dan cenderung
menyesatkan.
Perkembangan Akuntansi Translasi
· Sebelum 1965
Praktik translasi kebanyakan perusahaan AS dipandu
oleh Accounting Research Bulletin (ARB No. 4) yang kemudian diterbitkan kembali
sebagai Bab 12 dalam ARB No. 43. Pernyataan ini mendorong penggunaan metode
kini-nonkini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukan ke dalam
laba. Keuntungan atau kerugian bersih saling dihapuskan selama periode berjalan.
Kerugian translasi bersih diakui dalam laba tahun berjalan, sedangkan
keuntungan translasi bersih ditangguhkan dalam akun penundaan neraca dan
digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.
· 1965-1975
Bab 12 ARB No. 43 memperbolehkan pengecualian tertentu
atas metode kini-nonkini. Dalam keadaan tertentu, persediaan dapat
ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Utang jangka panjang yang timbul
Karena pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdsarkan kurs kini
apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar besar (dan dianggap tetap). Setiap
berbedaan akuntansi disebabkan oleh penyajian ulang utng diperlakukan sebagai
bagian dari biaya perolehan aktiva. Menstralasikan seluruh utang dan piutang
dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting
Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965. Perubahan terhadap
ARB No. 43 kini memberikan pilihan translasi yang lain bagi perusahaan.
· 1975-1981
Untuk mengakhiri keaneragaman perlakuan yang
diperbolehkan menurut standar translasi sebelumnya, FASB mengeluarkan FAS No.8
yang kontroversial pada tahun 1975. Penangguhan keuntungan dan kerugian
translasi tidak diperbolehkan lagi. Keuntungan dan kerugian translasi dan
transaksi mata uang asing harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs
nilai tukar.
Reaksi perusahaan terhadap FAS 8 beraneka ragam.
Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan banyak yang lain
mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang
dilaporkan. FAS No.8 dikritik karena menyebabkan hasil akuntansi yang tidak
sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba
perusahaan juga menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan
multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan
terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestic dan
dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan.
· 1981-hingga kini
Pada bulan Mei 1978, FASB mengundang komentar publik
terhadap 12 pernyataan pertama yang dikeluarkannya, dimana banyak yang
menanggapi ketidakpuasan publik tentang FAS No. 8 sehingga FASB
mempertimbangkan kembali FAS No. 8 dan setelah melalui banyak ertemuan dan dua
draft sementara, menerbitkan Statement Of Financial Accounting Standards No. 52
pada tahun 1981.
Isi Standar No.52
Tujuan translasi
menurut FAS No.52 berbeda secara substansial dari tujuan menurut FAS No.8. FAS
No.8 menggunakan sudut pandang induk perusahaan dengan mengharuskan laporan
keuangan dalam mata uang asing disajikan seakan-akan seluruh transaksinya
terjadi dalam mata uang dola AS. Standar No. 52 mengakui bahwa baik sudut
pandang induk perusahaan dan anak perusahaan merupakan kerangka dasar pelaporan
yang sah, oleh kerana itu aturan translasinya dirancang untuk :
e. Mencerminkan, didalam laporan keuangan konsolidasi, hasil dan hubungan
keuangan yang diukur dalam mata uang primer (utama) yang digunakan oleh setiap
entitas konsolidasi melakukan kegiatan usahanya (mata uang
fungsionalnya-functional currency)
f. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan ekspektasi pengaruh
ekonomi dari perubahan kurs nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas suatu
perusahaan.
Translasi Apablia Mata Uang Lokal
Merupakan Mata Uang Fungsional
Jika mata uang
fungsional merupakan mata uang asing yang digunakan dalam catatan entitas,
laporan keuangannya ditranslasikan ke dalam dolar dengan menggunakan metode
kurs kini.keuntungan atau kerugian translasi yang timbul diungkapkan sebagai
komponen terpisah dalam ekuitas konsolidasi. Hal ini mempertahankan rasio
laporan keuangan jika dihitung dari laporan keuangan dalam mata uang lokal.
Prosedur kurs kini yang digunakan yaitu :
g. Seluruh aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing ditranslasikan ke dalam
dolar dengan menggunakan kurs nilai tukar per tanggal neraca, akun modal
ditranslasikan berdasarkan kurs historis.
h. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar
pada tanggal transaksi, meskiun kurs rata-rata tertimbang dapat digunakan untuk
kepraktisan.
i. Keuntungan dan kerugian translasi tersebut dilaporkan sebgai komponen
terpisah dalam ekuitas pemegang saham konsolidasi. Penyesuaian nilai tukar ini
tidak akan masuk ke dalam laporan laba rugi hingga operasi luar negeri tersebut
dijual atau nilai investasinya dianggap telah hilang secara permanen.
Translasi Apabila Dolar AS Merupakan
Mata Uang Fungsional
Apabila dolar AS
merupakan mata uang fungsional suatu entitas asing, maka laporan keuangan dalam
mata uang sing diukur ulang ke dalam dolar dengan menggunakan metode temporal.
Seluruh keuntungan dan kerugian transaksi yang berasal dari proses translasi
dimasukan ke dalam penentuan laba berjalan. Secara khusus :
j. Aktiva dan kewajiban moneter dan aktiva nonmoneter yang dinilai berdasarkan
harga pasar terkini ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar per
tanggal laporan keuangan, pos nonmoneter lainnya dan akun modal ditranslasikan
berdasarkan kurs historis.
k. Pendapatan dan beban ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata kurs niali
tukar selama periode berjalan, kecuali untuk pos-pos nonmoneter yang
ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis.
l. Keuntungan dan kerugian translasi tercermin dalam laba periode berjalan.
Translasi Apabila Mata Uang Asing
Merupakan Mata Uang Fungsional
Suatu entitas asing
dapat menggunakan sebuah mata uang asing dalam catatan akuntansinya apabila
mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing lainnya. Dalam situasi ini,
laporan keuangan pertama-tama disajikan ulang dari mata uang lokal ke dalam
mata uang fungsionalnya (metode temporal) dan kemudian ditranslasikan ke dalam
dolar AS dengan menggunakan metode kurs kini.
Translasi Mata Uang Asing dan Inflasi
Suatu hubungan
terbalik antara tingkat inflasi suatu Negara dan nilai eksternal mata uangnya
telah ditunjukan secara empiris. Alhasil, penggunaan kurs kini untuk
mentranslasikan biaya perolehan aktiva nonmoneter yang berlokasi di lingkungan
berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik yang jauh lebih rendah dari pad dasar pengukuran awalnya. Pada saat
yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan
dengan beban depresiasi yang juga lebih rendah.
FASB menolak
penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena yakin bahwa penyesuaian
tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penialian biaya historis yang
digunakan dalam lporan keungan di AS. Solusinya, FAS No. 52 mewajibkan
penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang
berdomisili di lingkungan dengan hiperinflasi (yaitu
negara-negara dengan tingkat inflasi kumulatif melebihi 100 persen
selama periode tiga tahun).
Translasi Mata Uang Asing di Negara Lain
Kanada (CICA 1650),
perbedaan untama antara standar di Kanada (CICA 1650) dan FAS No.52 menyangkut
utang jangka panjang dalam mata uang asing. Di Kanada, keuntungan dan kerugian
dari translasi ditangguhkan dan diamortisasi.
Inggris (IAS 21),
perbedaan utama antara standar di Inggris dan di AS berkaitan dengan anak
perusahaan yang berdiri sendiri di negara-negara yang mengalami hiperinflasi.
Di Inggris, laporan keuangan pertama-tama harus disesuaikan terhadap tingkat
harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
Australia dan Selandia
Baru menerbitkan standar pada tahun 1988. Bila dibandingkan dengan FAS No.52,
standar Australia mengharuskan penilaian kembali aktiva tidak lancar
nonomoneter untuk anak perusahaan di Negara-negara berinflasi tinggi sebelum
dilakukan translasi.
Jepang, akhir-akhir
ini telah mengubah standarnya dengan mengharuskan metode kurs kini di segala
keadaan, dengan penyesuaian translasi yang disajikan pada neraca dalam ekuitas
pemegang saham.
Tren Kini
Translasi mata uang
asing masih tetap merupakan isu teknis yang menyulitkan dan kontroversial.
Jumlah perusahaan melakukan pencatatan saham secara internasional dan mengikuti
IAS, atau sekarang IFRS (International Financial Reporting Standards-Standar
Pelaporan Keuangan Internasional), semakin meningkat dan bursa efek di seluruh
dunia berada di bawah tekanan yang semakin meningkat utnuk menggunakan IFRS
sebagai pengganti standar domestic untuk pencatatan saham perusahaan-perusahaan
asing. (Banyak bursa efek telah melakukan hal ini). Di Amerika Serikat,
perusahaan-perusahaan asing diperbolehkan untuk menggunakan standar
internsional (IAS 21) dab bukan standar AS (FAS No.52) dalam masalah translasi
mata uang asing. Pada saatnya nanti, FASB mungkin akan meyelesaikan perbedaan-perbedaan
antara FAS No.52 dengan IAS 21, dengan condong kepada standar internasional.
Daftar Pustaka
Choi, Frederick D.S and Gary K. Meek.
2010. International Accounting. Buku 1. Salemba Empat. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar