Fraud atau kecurangan dalam akuntansi merupakan penyimpangan dari Prosedur Akuntansi yang benar. Jika Prosedur
akuntansi diterapkan dengan benar maka informasi akuntansi yang dihasilkan akan
sangat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Informasi akuntansi yang
dihasilkan dari proses akuntansi dari suatu entiti sangatlah penting, dimana
informasi ini menjadi pertimbangan terhadap program atau kebijakan entiti
tersebut untuk mencapai tujuannya.
Selain itu informasi
akuntansi yang benar juga dapat berfungsi untuk mengetahui gambaran keuangan
atau keadaan suatu entiti atau perusahaan. Bagaimanakah jika Informasi
Akuntansi yang dihasilkan tidak sesuai dengan prosedur akuntansi yang benar
atau terkandung kecurangan (Fraud)?....
Berikut Ini akan
dijelaskan bentuk kecurangan akuntansi yang pernah dipraktikan
perusahaan-perusahaan besar didunia dan pihak-pihak tertentu, diantaranya :
1. WorldCom
Perusahaan
telekomunikasi terbesar kedua di Amerika Serikat, mengakui telah Melakukan
skandal akuntansi yang menyebabkan perdagangan
sahamnya di bursa NASDAQ terhenti. Beberapa
minggu kemudian, WorldCom menyatakan diri bangkrut. Perusahaan
telah memberi gambaran yang salah tentang kinerja perusahaan dengan cara
memalsukan milyaran bisnis rutin sebagai belanja modal,
sehingga labanya overstated sebesar $11 milyar pada awal 2002.
Perusahaan juga meminjamkan uang lebih dari $400 juta kepada Chief
Executive Officer (CEO)-nya waktu, Bernard Ebbers,
untuk menutupi kerugian perdagangan pribadinya.
Ironisnya meski di dakwa telah melakukan
pemalsuan, konspirasi dan laporan keuangan yang
salah, mantan CEO WorldCom tersebut mengaku
tidak bersalah (Mehta, 2003; Klayman, 2004; Reuters, 2004).
2. Enron Corp
Perusahaan
terbesar ke tujuh di AS yang bergerak di bidang
industri energi, para manajernya memanipulasi angka yang
menjadi dasar untuk memperoleh kompensasi moneter yang
besar. Praktik kecurangan yang dilakukan antara lain yaitu di
Divisi Pelayanan Energi, para eksekutif melebih-lebihkan nilai
kontrak yang dihasilkan dari estimasi
internal. Pada proyek perdagangan luar negerinya
misal di India dan Brasil, para
eksekutif membukukan laba yang mencurigakan. Strategi
yang salah, investasi yang buruk dan
pengendalian keuangan yang lemah menimbulkan
ketimpangan neraca yang sangat besar dan
harga saham yang dilebih-lebihkan. Akibatnya ribuan
orang kehilangan pekerjaan dan kerugian pasar milyaran dollar
pada nilai pasar (Schwartz, 2001; Mclean, 2001). Kasus ini
diperparah dengan praktik akuntansi yang
meragukan dan tidak independennya audit yang
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP)
Arthur Andersen terhadap Enron. Arthur Anderson,
yang sebelumnya merupakan salah satu “The big
six” tidak hanya melakukan memanipulasi laporan keuangan Enron
tetapi juga telah melakukan tindakan yang
tidak etis dengan menghancurkan dokumen-dokumen
penting yang berkaitan dengan kasus Enron.
Independensi sebagai auditor terpengaruh dengan
banyaknya mantan pejabat dan senior KAP Arthur
Andersen yang bekerja dalam department akuntansi Enron Corp. Baik Enron
maupun Anderson, dua raksasa industri di
bidangnya, sama-sama kolaps dan menorehkan sejarah kelam
dalam praktik akuntansi.
3. Indonesia
Kasus skandal
akuntansi bukanlah hal yang baru. Salah satu kasus yang
ramai diberitakan adalah keterlibatan 10
KAP di Indonesia dalam praktik kecurangan
Keuangan. KAP-KAP tersebut ditunjuk untuk
mengaudit 37 bank sebelum terjadinya krisis
keuangan pada tahun 1997. Hasil audit mengungkapkan
bahwa laporan Keuangan bank-bank tersebut sehat. Saat krisis
menerpa Indonesia, bank-bank tersebut kolaps karena kinerja keuangannya
sangat buruk. Ternyata baru terungkap dalam investigasi yang dilakukan
pemerintah bahwa KAP-KAP tersebut terlibat dalam
praktik kecurangan akuntansi. 10 KAP
yang dituduh melakukan praktik kecurangan
akuntansi adalah Hans Tuanakotta and
Mustofa (Deloitte Touche Tohmatsu's affiliate), Johan
Malonda and Partners (NEXIA International's
affiliate), Hendrawinata and Partners (Grant
Thornton International's affiliate), Prasetyo Utomo
and Partners (Arthur Andersen's affiliate),
RB Tanubrata and Partners, Salaki and Salaki, Andi Iskandar and
Partners, Hadi Sutanto (menyatakantidak bersalah), S.
Darmawan and Partners, Robert Yogi and Partners. Pemerintahpada
waktu itu hanya melakukan teguran tetapin
tidak ada sanksi. Satu-satunya badan yang
berhak untuk menjatuhkan sanksi adalah
BP2AP (Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik) yaitu lembaga
non pemerintah yang dibentuk oleh Ikatan Akuntan Indonesa
(IAI). Setelah melalui investigasi BP2AP
menjatuhkan sanksi terhadap KAP-KAP tersebut, akan tetapi sanksi yang
dijatuhkan terlalu ringan yaitu BP2AP hanya melarang 3
KAP melakukan audit terhadap klien dari
bank-bank, sementara 7 KAP yang lain bebas (Suryana, 2002).
Kesimpulan:
Kesimpulan:
Kecurangan akuntansi
(Fraud) diatas menggambarkan bagaimana para akuntan tidak
bertanggung jawab telah melanggar prinsip dasar etika profesi,
terutama integritas, objektivitas, dan perilaku profesional. Akibat
dari Kecurangan tersebut adalah kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar
tersebut. Bagaimanakah cara mendeteksi kecurangan (Fraud) akuntansi? Pertanyaan
ini akan dibahas dalam artikel berikutnya dalam blog akuntansi pendidik.
http://akuntansipendidik.blogspot.com/2012/09/skandal-atau-kecurangan-akuntansi-fraud.html
1 komentar:
tq ya,,, tilisannya sangat mmbantu... :-)
Posting Komentar